Ucapan "Taqobalallohu Minna wa Minkum" - Datangnya ‘Iedul Fitri tanggal 1 Syawal 1434 H disambut
dengan suka cita oleh umat Islam di Indonesia dan di berbagai penjuru dunia.
‘Iedul Fitri pada tanggal 1 Syawal telah dirayakan oleh masyarakat muslim
sebagai wujud kesyukuran kepada Alloh atas keberhasilan dalam menunaikan ibadah
puasa Ramadan satu bulan penuh. Mudik lebaran merupakan tradisi dan ritual
tahunan yang biasa dilakukan oleh masyarakat muslim di Indonesia dalam rangka
merayakan ‘Iedul Fitri.
Kesempatan merayakan kemenangan perjuangan yang telah
diselesaikan selama bulan Ramadan umumnya sekaligus dimanfaatkan sebagai sarana
untuk silaturrahim dan saling berkunjung diantara anak dengan orang tua dan
antar saudara serta teman-teman. Setiap kali bertemu dengan sanak-saudara dan
teman-teman, maka: “Selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin” merupakan
ucapan yang seringkali diperdengarkan. Meskipun tidak ada yang salah dengan
ucapan tersebut sebagai luapan kegembiraan atas keberhasilan menyelesaikan
puasa Ramadan. Pertanyaannya, apakah ucapan tersebut sesuai dengan apa yang
telah dicontohkan oleh Rasulalloh SAW?
Supaya diingat, sebagai umat muslim kita meyakini bahwa
Rasulalloh merupakan contoh yang baik untuk ditiru dan diteladani tingkah laku,
perbuatan dan tutur katanya. Firman Alloh di dalam Al-Qur’an menyatakan: “
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulalloh itu suri teladan yang baik
(yaitu) bagi orang yang mengharap (bertemu) Alloh dan (kebahagiaan) di hari
kiamat dan dia banyak dzikir kepada Alloh.” (QS. Al-Ahzab:21).
Dalam hal menyambut ‘Iedul Fitri pun sudah selayaknya kita
mencontoh perbuatan dan tutur kata yang telah dilakukan oleh Rasulalloh SAW
semasa hidupnya. Di dalam salah satu hadits telah diriwayatkan dari Jalid bin
Ma’daan berkata Jalid, bertemu aku pada Watsilah bin Al-Asqo’ di dalam hari
raya, maka berkata aku “Taqobbalallohu minna wa minka.” Maka berkata Watsilah:
“Na’am, taqobbalallohu minna wa minka.” Berkata Watsilah, bertemu aku pada
Rasulalloh SAW pada hari raya, maka berkata aku: “Taqobbalallohu minna wa
minka.” Maka berkata Rasulalloh SAW: “Na’am, taqobbalallohu minna wa minka.”
(HR. Baihaqi di dalam Kitabu Al-‘Idiin Juz 3 hal. 219).
Dalam prakteknya, taqobalallohu minna wa minka kita ucapkan
kepada lawan bicara kita hanya satu orang laki-laki. Jika kita mengucapkan
kepada lawan bicara yang hanya satu orang perempuan, maka lafalnya menjadi
taqobalallohu minna wa minki. Sedangkan jika lawan bicara kita jumlahnya lebih
dari satu orang (jamak), maka lafalnya menjadi taqobalallohu minna wa minkum.
Ketika saudara atau teman kita mengucapkan hal ini, maka kita hendaklah
menjawab dengan jawaban ucapan: Na’am, taqobalallohu minna wa minkum/ka/ki,
tergantung pada lawan bicara yang mengucapkan tersebut jamak, atau tunggal laki-laki,
atau tunggal perempuan.
Ucapan taqobalallohu minna wa minkum/ka/ki tersebut
mempunyai arti kurang lebih “semoga Alloh menerima ibadah-ku dan ibadah-mu”
yang secara harfiah mempunyai makna mendoakan kepada diri sendiri dan kepada
lawan bicara, sebagai ungkapan kesyukuran dan kegembiraan setelah dapat
menyelesaikan puasa Ramadan satu bulan penuh. Dengan kata lain, ucapan
taqobalallohu minna wa minkum/ka/ki secara tersirat seharusnya mempunyai makna
yang jauh lebih dalam dari apa yang secara tradisi telah biasa kita ucapkan
dalam menyambut ‘Iedul Fitri, antara lain: “Selamat lebaran, mohon maaf lahir
dan batin;” atau “Selamat lebaran, nol-nol ya!” dan ucapan-ucapan yang
semacamnya. Apalagi mengucapkan taqobalallohu minna wa minkum/ka/ki merupakan
salah satu sunnah Rasulalloh SAW yang seharusnya kita praktekkan. Terutama di
zaman yang barangkali semakin sedikit orang yang mau dan mampu menetapi sunnah
Rasulalloh dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan akhirnya, maukah kita tergolong sebagai umat di
akhir zaman yang masih menegakkan As-sunnah di kala kebanyakan orang merasa
asing dengannya atau bahkan di kala kebanyakan orang sudah melupakannya? Ayo
kita praktekkan sunnah Rasulalloh dengan mengucapkan taqobalallohu minna wa
minkum/ka/ki dalam rangka menyambut ‘Iedul Fitri 1 Syawal 1434 H. nanti.
Moga-moga Alloh menjadikan kita termasuk golongan yang ibadah puasa Ramadannya
diterima oleh Alloh sebagaimana tersirat dalam ucapan tersebut.
Diposting ulang dari www.ldii.or.id
No comments:
Post a Comment